-->

Memanfaatkan Situs Jejaring

Oleh: Alfa RS.

Arus gaya hidup yang semakin tergantung pada teknologi, termasuk internet, mengharuskan kita untuk lebih waspada. Pasalnya, makin banyak saja kasus yang terjadi akibat kesalahan dalam memanfaatkan internet. Melalui situs jejaring sosial Facebook, terjadi beberapa kasus yang sungguh memrihatinkan. Terkuaknya praktek prostitusi dan hilangnya Marieta Nova Triani, gadis belia asal Sidoarjo yang akhirnya mengaku berhubungan badan tiga kali selama pelariannya, merupakan salah satu contohnya.

Situs jejaring sosial hasil kreasi mahasiswa Universitas Harvard, Mark Elliot Zuckerberg, Dustin Moskovitz dan Chris Hughes itu, tanpa disangka berkembang sangat pesat. Selain memiliki banyak pengguna, harga sahamnya pun semakin tinggi [1].

Pertengahan tahun 2009, publikasi hasil Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri Jawa Timur (FMP3) yang berlangsung 20-21 Mei 2009 di Pesantren Lirboyo, sempat mengundang kontraversi. Pasalnya, media memberitakan bahwa forum itu mengharamkan Facebook. Jika saja media menyebarkan keputusan forum itu tidak sepotong-sepotong, tentu ceritanya pun akan berbeda. Namun ternyata, kontraversi itu kiranya ada baiknya jika direnungkan. Soalnya dampak negatif situs jejaring –semisal Facebook, kini mulai kita rasakan. Mengapa?

Saat ini, orang Indonesia yang menjadi pengguna Facebook lebih dari tiga juta dari empat ratus juta lebih penggunanya. Penikmatnya pun beragam, tidak memandang usia. Mulai yang tua, remaja, bahkan anak-anak.

Menilik jenisnya, situs jejaring sosial mestinya hanya digunakan sebatas komunikasi antar pengguna. Namun kenyataannya, tidak semua penggunanya benar-benar mengerti akan tujuan awal perintis situs jejaring itu. Selain digunakan untuk menyebarkan keyakinan, banyak pula yang pada akhirnya mengarah pada tindak kriminal.

Di Jawa Timur, Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Surabaya, dengan terpaksa memblokir akses ke situs Facebook. Pasalnya, para pegawai di Pemkot Surabaya terlalu berlebihan menggunakan Facebook. Di depan komputer bukannya kerja, malah asyik menatap beranda Facebook. Dan hal itu berimbas pada lambatnya jaringan internet di lingkungan Pemkot Surabaya, alasan pemblokiran.

Sedang di Bandar Lampung, ada pelaporan ke Poltabes Bandar Lampung bahwa ada salah seorang pegawai honorer Dinas Kehutanan (Dishut) Provinsi Lampung yang melakukan pencemaran nama baik dengan media jejaring Facebook. Di Inggris dikabarkan, Facebook ‘berhasil’ menguak identitas Kepala Dinas Intelijen Inggris. Hal ini terjadi setelah istrinya memasang foto liburan bersama anak-anaknya di sebuah pantai.

Nah, melihat kasus-kasus di atas, juga kejadian tindak kriminal lainnya yang bermula dari situs jejaring, termasuk Facebook, ada baiknya kalau kita mulai merenungkan segala bentuk dampak mewabahnya menggunakan internet.

Pengkiasan internet dengan pisau bermata dua memang tidak terlalu berlebihan, karena relaitanya memang demikian. Namun tidakkah tersadar, jika kita tidak menggunakannya semisal untuk merajang, terbuka peluang pisau itu akan digunakan orang lain. Kiranya bukan sebuah masalah jika mereka pun hanya menggunakannya untuk merajang, tapi kalau untuk menyerang kita? Merebut pisau itu merupakan harga mati.

Tiada yang menafikan kewajiban mencari ilmu, terlebih ilmu agama. Tapi, meskipun mengamalkannya adalah sebuah keharusan karena itu adalah buah pengetahuan. Banyak dari mereka enggan untuk menekuni bidang ini dengan beragam alasan. Ketika baru keluar dari akademi keustadzan, ada yang beralasan ingin santai di rumah dulu. Ada pula yang ingin bertempur, tapi keluarga tidak menyetujui. Bahkan ada yang ngomel, "Kenapa repot-repot, masih banyak kiai kok."

Nah, bagi yang masih punya hasrat agar kebun ilmunya berbuah, dan sangat sulit keluar (baik karena keengganan atau faktor keluarga), ada baiknya mengambil pisau teknologi untuk mengobati hasrat itu. Menggunakan situs jejaring merupakan pilihan yang paling mudah. Kenapa situs jejaring?

Sebelum mewabahnya situs jejaring, mereka yang masih semangat berdakwah, banyak yang memanfaatkan blog (catatan atau tulisan yang terdapat di jaringan internet) gratisan. Dari sekian banyaknya blog di internet, sedikit sekali kita temukan blogger (istilah untuk pengguna blog) yang mengulas paham berhaluan Ahlusunnah Wal Jamaah (Aswaja), jika dibandingkan mereka yang mengusung paham lainnya.

Untuk mengakses sebuah blog, membutuhkan biaya yang relatif tidak sedikit. Dan itupun hanya terbatas bagi mereka yang kesehariannya tidak lepas dari internet. Berbeda dengan situs jejaring yang hanya memakan beberapa rupiah saja dan menyeluruh pada semua kalangan. Karena memang semakin murahnya tarif internet operator seluler. Dengan itu pula, kini mereka telah beralih memanfaatkan situs jejaring.

Namun sampai kini, ketika mereka telah beralih memanfaatkan situs jejaring, jumlah grup yang mengusung Aswaja jauh lebih sedikit. Entah kenapa hal itu bisa terjadi. Padahal, banyak sekali yang seharusnya mengawal Aswaja aktif di situs jejaring. Tapi, mereka hanya memanfaatkan hal itu untuk merajang.

Begitulah, internet memang penuh dengan hal negatif. Tapi, di sana juga terselip hal positif yang tentunya akan sangat berguna jika kita mampu memanfaatkan.

1]. http://inilah.com/news/read/2009/05/25/109891/berapa-nilai-situs-facebook/
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post